Selasa, 30 Agustus 2011

Aku Berbicara Tentang Cinta


“Bila kamu mencintai seseorang, biarkan dia pergi. Dan bila dia kembali, dia akan menjadi milikmu selamanya..”

Terasa tidak adil saat aku mencintai seseorang tapi tidak bisa memilikinya. Untuk apa diberikan perasaan cinta kalau aku tidak bisa memiliki dia yang aku cintai. Bahkan di saat dia juga mencintaiku, aku tidak bisa bersama dengannya. Kenapa ada cinta kalau begitu?
Karena cinta aku bisa meninggalkanmu dan karena cinta aku bisa memintamu kembali. Karena cinta aku bisa membencimu tapi karena cinta aku bisa berkorban untukmu. Karena cinta aku bisa melukaimu dank arena cinta aku bisa menangis karenamu. Cinta selalu bisa menjadi alasan untuk seribu satu tindakan.
Ketika aku mencintaimu tapi tidak bisa memilikimu, aku akan menyalahkan cinta karena datang pada waktu dan orang yang salah. Ketika kau juga mencintaiku tetapi tidak bisa memilikimu, aku akan menyalahkan cinta karena dia sangat tidak adil. Aku hanya meminta saat kita memiliki cinta, kita bisa saling memiliki. Hanya sesederhana itu.

“Cinta tidak akan pernah salah. Karena itu tidak akan pernah ada pengadilan cinta.”



Sore ini aku menonton satu produksi anak negeri karya Rizal Mantovani di RCTI yang berjudul PUPUS. Sebenarnya film ini sudah lama mendekam di laptopku tapi belum menemukan mood yang tepat untuk menonton. Film ini disajikan dengan sangat apik memancing emosi penonton untuk bisa merasakan perasaann Panji dan Cindy.




“Cinta tak selalu semudah yang kita bayangkan.”

Untuk mengerti cinta memang sulit karena cinta itu rumit. Cinta hanya bisa dimengerti dengan cara merasakannya. Cinta akan selalu membawa kebahagiaan. Kalau karena cinta kau merasakan kesedihan, itu artinya kau sedang bersiap-siap untuk merasakan kebahagiaan lain dari cinta.

Kau memilih untuk pergi maka aku akan melepaskanmu. Ketika kau kembali untukku, aku tahu kau akan menjadi milikku selamanya”

Ruth Hutapea

Senin, 22 Agustus 2011

Arti Senyum Sang Pemusik


                Tulisan ini sebenarnya sudah ingin saya luncurkan (halah!) dari berbulan-bulann yang lalu tapi berhubung sedang disibukkan oleh tugas akhir yang entah kapan kelarnya -___-“ jadi tertunda terus. Tulisan ini terinsipirasi dari acara HARMONI SCTV. Ada sesuatu yang unik, yang mungkin tidak pernah diperhatikan awam saat itu. Tapi sebelumnya saya mau mengulas sedikit tentang acara music Indonesia.
                Perkembangan musik Indonesia sebenarnya mengalami rotasi dengan fase yang sama. Dulu sekitar tahun 90-an music melayu sudah ‘musim’ karena terpengaruh oleh musik dari negeri jiran, seperti Exist. Belum lagi boyband-boyband yang terbawa arus musik western seperti Wetslife. Begitu juga konsep musik dengan band yang tidak pernah redup. Karena itu acara music di televisi lebih menonjolkan performance mereka yang –yaaaaaaaaaah…- hanya menggerakkan bibir saja tanpa benar-benar bernyanyi.
                Tapi ada terobosan baru dari salah satu stasiun TV Swasta, SCTV, dengan menampilkan konsep orchestra yang mengiringi suara emas dari penyanyi-penyanyi terbaik Indonesia. Awalnya acara ini dibuat dalam rangka ulang tahun SCTV yang ke-20. Tapi karena banyaknya request dan minta dari penontonnya, acara ini tetap dilanjutkan sebagai acara music bulanan SCTV.
                Kembali ke topik awal. Ada yang unik dari acara ini. Coba perhatikan bagaimana ekspresi pemusik saat mengiri penyanyi yang memiliki improvisasi dan semangat dalam menyanyi! Hal ini saya sadari saat orchestra mengiringi penyanyi Judika Sihotang. Kualitas Judika memang tidak perlu dipertanyakan. Jebolan Indonesian Idol ini selalu tampil prima dengan suara khasnya tanpa ada pemaksaan vocal rock-nya. –kenapa jadi bahas Judika, ya? Hihihihi-
                Tepat di saat itu, kamera selalu menyorot senyum yang terulas dari sang pemusik. Biasanya yang disorot itu pianis yang mengiringi. Bahkan bukan hanya tersenyum, mereka menjadi lebih bersemangat bermain music. Ini terlihat dari anggukan kepala mereka mengikuti beat musik.
                Saya memang bukan pemusik ataupun someone yang punya basic musik. Tapi dari yang saya lihat, aka nada kepuasan tersendiri bagi pemusik saat mengiringi penyanyi yang mengerti harus berbuat apa. Secara otomatis perasaan dan mood-nya akan baik karena merasa sehati dengan penyanyi untuk terdorong bermain secara total. Pemusik jadi ikut tertantang untuk mengimprovisasi permainannya mengikuti si penyanyi.
                Tidak jauh beda dengan hidup kita. Kita cenderung ingin selalu lebih dari orang lain. Yang jadi masalah itu cara yang ditempuh. Kalau kita menanggapi positif dan dijadikan motivasi sih bisa jadi seperti pemusik yang tersenyum puas pada akhirnya. Kalau negatif, yang ada kita tidak tersenyum tapi semakin cemberut melihat kelebihan orang lain. Seperti artikel sebelumnya tentang positive thinking, kali ini juga berlaku hal yang sama. Semua selalu tentang pilihan.
Ruth Hutapea

Surat yang Tak Tersampaikan

Dear Pahlawan Wanitaku yang Paling Cantik,                 Aku bersenandung bersama isak pagi ini                 Terulang memori...