Jumat, 15 Februari 2013

SAJAK SEDERHANA, “Aku Sedang Jatuh Cinta”



Aku ingin mengatakan 'Aku sedang jatuh cinta'
Layaknya awam, akan aku ungkap lewat sajak
Layaknya aku, yang mencintai kesederhanaan
Sajak ini kusajikan dengan style-ku

Bukan lewat sajak berat yang muncul
Seperti rotasi, gemuruh, hypothermia
Ataupun sajak berlebihan seperti awam,
Tenggelam dalammu, lubuk hati paling dalam, tatapan matamu
Sesuatu yang bukan seperti itu

Aku ingin mengatakan ‘Aku sedang jatuh cinta’
Hanya satu kalimat itu saja,
sudah menggambarkan seluruh bait dalam sajak ini
aku menyampaikannya lewat sajak sederhana

“ Aku sedang jatuh cinta, menikmati setiap perasaan yang ada. “
Tidak dengan bunga ataupun cokelat.
Hanya sebuah kalimat tanpa bumbu
Terasa pas dan tepat, “Aku sedang jatuh cinta”

Ruth Hutapea

PS : Puisi ini ada karena sajak dari sebuah film India, Jab Tak Hai Jaan. Memang gak ada hubungannya sih, tapi puisi ini ada setelah membaca sajak dari film tersebut ^^

Kamis, 14 Februari 2013

Love Is (not) Complicated



" Ini cerpen terbaru.. saya no comment aja deh.. ^^ "
LOVE IS (NOT) COMPLICATED
By : Ruth Hutapea
“Hahaha… That’s funny!”
“Zzzzzz….!!!”
“Why???”
“Itu tertawa atau menertawakan??”
“Yayaya… Logikanya sebagai pria lo harus inisiatif duluan buat ngasih tempat duduk. Apalagi buat bumil kayak gitu.”
“Si bumil aja gak sewot. Kenapa malah ibu-ibu sebelah gue yang ngomel. Lagian gue juga capek kali.”
“Tapi lo kan pria. Dewasa!”
“Pria dewasa juga manusia. Bisa capek”
“Wait! Lo pria kan ya?”
“Maksud lo?”
“Hahaha…”
“Kalau bercanda itu tau waktu dong!”
“Lah??”
….
“Hello??? Lo marah??”
….
“Gue bercanda kali..”
….

Bayang Fatal



" Cerpen yang ini ditulis waktu kelas 2 SMA. nyolong waktu pelajaran kewarganegaraan karena tiba-tiba disuruh ikut lomba. Kalau soal bahasa tulisan sih, ..... *silent* Enjoy it lah yaaaa..."
Bayang Fatal
By : Ruth Hutapea
Hujan kecil membasahi taman asri halaman sebuah rumah sakit pagi itu. Dedaunan tampak ikut bergoyang seirama dengan jatuhnya rintik hujan. Seorang gadis berseragam putih abu-abu berjalan di koridor menatap kosong ke depan. Tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Ia berhenti di depan sebuah pintu berwarna putih sejenak seperti sedang memutuskan untuk tetap melanjutkan niatnya atau tidak, lalu mengalihkan pandangannya ke papan bertuliskan nama seorang psikolog. Untuk membulatkan niatnya, ia menutup mata dan menghela nafas panjang.
“Permisi, Tante!” ucapnya setelah mengetuk pintu.
“Masuk! Rhea? Tumben kamu ke sini?” jawab wanita separuh baya itu dengan wajah terkejut yang kemudian berganti dengan senyuman tulus.
Rhea hanya menjawabnya dengan senyuman.
“Ada apa kamu ke sini, Rhe?” Rhea hanya diam.
“Kamu gak sekolah?” Rhea menjawab dengan gelengan. Wanita itu mempersilahkan Rhea untuk duduk.
“Rhea, kamu ada masalah? Apa ada hubungannya dengan orang tua kamu?” tanya wanita itu lagi.
Diam menyelimuti ruangan. Pertanyaan itu membuat wajah Rhea semakin sendu.
***

Orange Juice Love



" Cerpen ini ada sekitar 4 tahun yang lalu, zaman-zaman masih labil dalam pemikiran dan bahasa. Bahkan saya masih suka senyum-senyum sendiri membacanya. Cerpen ini sengaja tidak saya edit untuk mengingat seperti apa jenis tulisan saya dulu. Selamat membaca sambil tersenyum :) "
Orange Juice Love
By : Ruth Hutapea
Minggu sore ini, langit hitam. Perlahan air mulai jatuh membasahi halaman yang penuh rumput, semakin deras. Tidak tahu kapan akan berhenti, aku mencoba mencari kesibukan di kamar ditemani laptop kesayanganku. Brown namanya. Aku mulai membuka aplikasinya satu persatu. Tidak ada yang menarik. Aku menjatuhkan tubuhku ke tempat tidur dengan membiarkan brown tetap menyala di atas meja.
Mataku mulai terpejam saat ponsel kecilku yang kuberi nama pink sesuai dengan warnanya, walaupun aku benci pink tapi ini hadiah dari sepupuku. Doni! Nama itu muncul di layar ponselku.
“Tumben ni anak nelfon.” Pikirku.
Dengan enggan tapi penasaran aku menjawab telpon dari Doni.
“Kenapa, Don? Tumben lo nelfon gue.”
“Gue butuh bantuan lo, Sha.”
“Rey!”
“Iya, Reysha.”
“Bantuan apa?”
“Besok gue jelasin ke elo. Thanks ya, Rey.”
Telpon diputus. Aku belum menjawab ‘ya’ tetapi doni sudah mengiyakan jawaban Rey.
Suara hujan kembali membawaku ke alam mimpi.
***

Surat yang Tak Tersampaikan

Dear Pahlawan Wanitaku yang Paling Cantik,                 Aku bersenandung bersama isak pagi ini                 Terulang memori...