Kamis, 22 Desember 2016

IJINKAN AKU MEMINTA KEMBALI INDONESIA-KU


Kepada kamu yang sedang berkoar-koar di luar sana, bolehkah aku meminta kembali Indonesiaku? Iya, Indonesia-ku yang memiliki semboyan BHINEKA TUNGGAL IKA dan berideologi dasar PANCASILA.


Dulu sekali, Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 itu, katanya: “Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.”

Aku mengutipnya lagi, “Di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi” Indonesia-ku itu kekal dan abadi. Tidak apa-apa kalian bermain-main dengannya kemarin-kemarin, bahkan sampai saat ini. Tapi, bolehkah aku meminta Indonesia-ku kembali?

Yang aku ingat, Indonesia-ku itu tidak berkutat soal Agama dan Suku. Indonesia-ku itu tempat paling aman dan nyaman untuk tinggal bersama-sama dalam perbedaan. Justru Indonesia-ku itu dulu diperjuangkan bersama-sama tanpa melihat perbedaan. Jadi, bolehkah aku meminta Indonesia-ku kembali?

Indonesia-ku itu yang kusebut tempat aku pulang (nanti), yang kusebut rumah. Kalau begitu, bolehkah aku memina Indonesia-ku kembali?

Aku tidak tahu kalian menganggap apa Indonesia ini. Tapi bagiku, ini Indonesia-ku, milik-ku. Aku mengaku memiliki Indonesia, Aku juga tidak tahu apakah kalian juga merasa Indonesia ini milik kalian dan mampu “BERKATA DENGAN LANTANG” bahwa ini Indonesia-ku, milik-ku. Yang dengan demikian akan dijaga dan dipelihara sebagaimana adanya layaknya milik pribadi. Jadi bolehkan aku meminta kembali milik-ku, Indonesia-ku?

Aku memang belum bisa memberikan apa-apa untuk Indonesia-ku, tapi setidaknya aku berusaha untuk tidak mengacau, menodai, memecah belah, mengadu domba, meributkan perbedaan, dan merusak ideologinya. Dengan begitu, bolehkan aku meminta kembali Indonesia-ku?

Aku rasa kalian sudah cukup ‘meminjam’ Indonesia-ku untuk dijadikan lelucon dan mainan pemuas ego dan nafsu kalian. Tidak perlu menunggu sampai kalian bosan dan membuangnya, seperti anak kecil yang bosan dengan mainannya.

Sedih rasanya untuk meminta sesuatu yang merupakan milik-ku, aku harus meminta izin dari yang meminjamnya. Tapi tidak apa, asalkan kalian bisa mengembalikan Indonesia-ku yang kalian pinjam itu.

Jadi, izinkan aku meminta kembali Indonesia-ku. Bolehkah kalian mengembalikan Indonesia-ku?



22 Desember 2016,
Ruth Hutapea (Warga Negara Indonesia dan Ber-KTP Indonesia)

Surat yang Tak Tersampaikan

Dear Pahlawan Wanitaku yang Paling Cantik,                 Aku bersenandung bersama isak pagi ini                 Terulang memori...