Senin, 27 September 2010

POSITIVE THINKING

Satu tahun terakhir ini saya sedang belajar untuk menerapkan suatu pola pikir dalam hidup (berat banget bahasanya,,hehe). Pola pikir yang bagaimana? Agak sedikit terdengar muluk-muluk sih, hehe.. Pola pikir yang mulai saya terapkan adalah positive thinking, selalu berpikiran positif dalam setiap keadaan dan dalam kondisi apapun. Terdengar simple memang, tapi sangat susah menerapkannya karena selalu saja ada bisikan (huuuu!) dan godaan untuk berpikir negatif tentang sesuatu hal. Positive Thinking VS Negative Thinking.
Keinginan itu ada setelah membaca sebuah novel (bacaan umum mahasiswa, hehehe) karya Agnes Jessica berjudul Pencari Harta Karun. Kok bisa? Pasti timbul pertanyaan seperti itu. Kok bisa sebuah novel mengubah pola pikir seseorang (dalam hal ini saya tentunya J )
Pertama kali saya mengenal Agnes Jessica lewat novelnya Peluang Kedua dari teman saya, Bastian. Ia memberikan novel itu, yang sebenarnya milik kakaknya, saat saya duduk di kelas II SMA dan sampai sekarang masih saya simpan di rumah. Ketertarikan penuturan ceritanya dan jenis cerita yang berbeda membuat saya tertarik dengan buku itu. Bahkan sampai sekarang saya mengoleksi semua buku karyanya (wow! saya juga baru sadar..hahaha).
Setelah saya kuliah, saya mencari lagi buku karya Agnes Jessica dan menemukan buku berjudul  Pencari Harta Karun. Berikut ada sedikit ulasan tentang novel ini.

Jamal adalah seorang pria yang sangat susah hidupnya. Banyak kegagalan dan kesulitan yang ia alami. Ia hidup bersama neneknya dan sangat memuja seorang wanita bernama Michele. Putus asa dengan hidupnya, ia melakukan berbagai cara untuk menyudahi hidupnya mulai dari minum racun (yang akhirnya batal karena racunnya habis dan ia kekurangan modal membeli racun lagi, menggantung diri (akhirnya ranting yang kuat itu patah), sampai menenggelamkan diri di sungai (yang akhirnya gagal).
Sampai ia bertemu dengan seorang pria patuh baya yang kaya raya namun divonis menderita kanker. Pria itu memberitahunya tentang rahasia untuk mendapatkan kekayaan dan kebahagiaan, yaitu Percaya. Meminta sesuatu kepada Tuhan tidak hanya sekadar meminta (baca:memaksa) Tuhan mengabulkan permohonan kita tapi juga percaya bahwa Tuhan akan memberikan apa yang kita inginkan.
Pelan-pelan ia mulai menata kembali hidupnya. Ia mengenal pribadi lain bernama Laura yang mengajaknya untuk ikut membantunya di bisnis buku online. Laura seorang pribadi yang optimis dan selalu positive thinking tentang segala sesuatu yang sedang ia kerjakan. Penjualan mereka juga meningkat tajam.
Jamal mulai bergabung di sebuah milis Pencari Harta Karun di dunia maya. Banyak cerita tentang orang-orng yang berhasil setelah menerapkan pola pikir positive dalam hidupnya.
Banyak masalah yang terjadi dalam hidup Jamal, tapi ia tetap mengucap syukur dalam setiap keadaannya dan selalu positive thinking dalam menghadapi masalahnya hingga akhirnya ia menemukan kebahagiaannya sendiri bersama Laura.

Cerita yang sederhana tapi bermakna. Itulah penilaian saya tentang buku ini. Kalau diperhatikan, memang agak sedikit tidak mungkin kejadian-kejadian di buku ini terjadi secara nyata (pikiran negatif saya mulai bekerja,,hehehe). Inilah yang saya pikirkan pertama kali dan saya mencoba untuk menerapkannya sedikit demi sedikit.
Sedikit curcol (curhat colongan) saja. Saat menghadapi responsi PAB (Praktikum Alat dan Bahan), yang merupakan praktikum pertama saya jadi belum ‘berpengalaman’ dalam hal responsi, bahan yang harus saya hapal sangat banyak karena ada sekitar 9 mata praktikum, belum lagi MSDSnya. Apalagi saya memiliki background orang yang sangat lemah dalam hapalan L . Awalnya saya berniat menerapkan ilmu pasrah (jadi malu J ) tapi saya ingat buku ini. Saya tidak menyesal dengan kelemahan saya ini. Malah saya mengucap syukur karena dengan begitu saya tidak terbiasa untuk mengahapal tapi mengerti. Saya berdoa meminta hikmat dalam menjawab soal besok dan saya percaya itu pasti terjadi. Finally semua baik-baik saja (kayak lagu Pinkan Mambo) dan saya mendapat nilai yang memuaskan (sedikit mengangkat kepala,,haha).
Menerapkan positive thinking itu tidak mudah, tapi juga tidak susah. Ini berkaitan dengan bagaimana kita mengontrol kekuatan pikiran kita. Pikiran jelas sangat mempengaruhi tindakan kita. Kalau kita berpikir positif, hal positif yang kita lakukan. Tapi kalau kita berpikir negatif, selamat datang negatif!hehehe
Kalau kita mengontrol pikiran (berpikir positif maksudnya), kita mengirim energi positif ke pusat bumi. Dengan begitu alam akan memberikan energi positif juga kepada kita. Kira-kira begitulah rute sinyalnya (providernya apaan ya??hahaha).
Hal pertama yang dilakukan adalah dengan mengucap syukur dengan semua keadaan yang kita miliki. Dengan mengucap syukur, kita akan melihatsedikit demi sedikit hal positif apa yang kita dapat dari suatu masalah. Sehingga kita juga tidak perlu terbawa emosi dan bisa dengan tenang menghadapi masalah itu. Kita memiliki kepercayaan bahwa Ia di sana menjaga dan memapah kita untuk keluar dari masalah kita.
Coba saja pelan-pelan untuk berpositive thinking pasti hidup kita akan terasa lebih ringan dan ceria (berdasarkan pengalaman saya, pengalaman anda?hehe).
Try this : tenang - mengucap syukur - berpositive thinking - semakin tenang - jalan keluar.

the climb by Miley Cyrus

I can almost see it
That dream I am dreaming
But there's a voice inside my head saying
"You'll never reach it"

Every step I'm taking
Every move I make feels
Lost with no direction
My faith is shaking

But I gotta keep trying
Gotta keep my head held high

There's always gonna be another mountain
I'm always gonna wanna make it move
Always gonna be a uphill battle
Sometimes I'm gonna have to lose

Ain't about how fast I get there
Ain't about what's waiting on the other side
It's the climb

The struggles I'm facing
The chances I'm taking
Sometimes might knock me down
But no, I'm not breaking

I may not know it
But these are the moments that
I'm gonna remember most, yeah
Just gotta keep going

And I, I got to be strong
Just keep pushing on

'Cause there's always gonna be another mountain
I'm always gonna wanna make it move
Always gonna be a uphill battle
Sometimes I'm gonna have to lose

Ain't about how fast I get there
Ain't about what's waiting on the other side
It's the climb, yeah!

There's always gonna be another mountain
I'm always gonna wanna make it move
Always gonna be an uphill battle
Somebody's gonna have to lose

Ain't about how fast I get there
Ain't about what's waiting on the other side
It's the climb, yeah!

Keep on moving, keep climbing
Keep the faith, baby
It's all about, it's all about the climb
Keep the faith, keep your faith, whoa


Saya masih tidak tahu kenapa bisa sangat suka lagu ini. Begitu mendengarnya, langsung merasa "Ya!Hidup memang tidak mudah, jadi harus tetap semangat. Saya pasti bisa!"

Cerita Ketupat dan St. Claus

Cerita Ketupat dan St. Claus
Cerita ini saya copy dari blog seseorang di berbual.com
Kali ini saya post dengan judul yang berbeda agar tidak muncul kontroversi dari judul dan lebih lucu rasanya memakai judul ini, Ketupat dan St. Claus.



Cerita ini terjadi saat saya masih menjadi dosen di sebuah PTN di Kalimantan. Suatu hari sebuah perbincangan sambil menyelesaikan suatu urusan dengan staf administrasi di kampus menyerempet ke sebuah isu sensitif.
“Hampir saja kita kecolongan, Bang”, kata staf administrasi yang berjilbab itu mengadu, setelah sekian lama tak bertemu saya karena saya lama meninggalkan tanah air untuk tugas belajar.
“Ada apa?”, tanya saya.
“Iya, beberapa waktu lalu orang-orang Kristen berniat mendirikan gereja di kampus ini. Untung kita cepat tahu, lalu bergerak mencegahnya. Alhamdulillah kita berhasil.”
“Kenapa dicegah? Kenapa dihalangi?”
“Lho, kan…..”
“Mbak, saya ini hampir 8 tahun tinggal di Jepang. Selama itu saya jadi minoritas dalam hal agama. Coba Anda bayangkan bagaimana rasanya kalau niat saya hendak membangun mesjid atau beribadah selama saya berada di Jepang dihalangi orang.”
“Mbak mengkhawatirkan kristenisasi?” tanya saya. Ia mengangguk.
“Apa iya kalau berdiri gereja di kampus ini lantas orang berbondong-bondong masuk Kristen?”.
Ia lalu terdiam, dan percakapan kami berakhir.
+++
Pola fikir staf administrasi tadi sebenarnya pernah saya anut. Waktu itu saya masih kuliah di UGM dan aktif di organisasi dakwah kampus. Saat itu di UGM belum ada mesjid, dan kami sedang bersiap untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan mesjid. Mantan Rektor, alm. Koesnadi Hardjasoemantri menjadi ketua panitia.
Saat itu kami mendengar bahwa orang-orang Kristen akan mendirikan gereka di kampus. Lokasinya tak jauh dari lahan yang hendak digunakan untuk membangun mesjid. Kami langsung bereaksi. Rencana pembangunan gereja ini harus dihentikan!
Kami, beberapa aktivis Islam di kampus melakukan berbagai lobi. Yang terutama tentu kepada Rektor. Pergilah kami menghadap Rektor, menanyakan soal rencana itu, dan tentu saja (niatnya) menekan Rektor agar membatalkan atau mencegah rencana itu kalau benar adanya.
Sambil menunggu di ruang tamu kantor Rektor, kami berbincang dengan sekretaris Rektor. Topiknya tentu soal yang sama dengan yang hendak kami adukan ke Rektor. Lucunya, belakangan baru kami tahu bahwa sekretaris Rektor tadi adalah seorang penganut agama Kristen. Ampun, deh!
+++
Pola fikir saya berubah saat saya merasakan pengalaman menjadi minoritas. Yaitu saat saya kuliah di Jepang. Saya pernah tinggal di kota kecil di bagian selatan Jepang. Jumlah orang Islam di kota itu sangat sedikit. Tak lebih dari 50 orang. Hampir semua adalah mahasiswa asing.
Karena jumlah kami kecil, kami tak mampu untuk sekedar menyewa apartemen untuk digunakan sebagai mesjid, sebagaimana dilakukan oleh muslim di berbagai kota. Kami mengandalkan kebaikan hati satu dua profesor yang mau meminjamkan ruangan di kampus untuk dijadikan mushalla.
Suatu ketika kami tak lagi diperbolehkan memakai ruangan itu. Alasan pihak kampus, ruangan itu akan dipakai untuk keperluan akademik. Lagipula Jepang adalah negara sekuler, urusan peribadatan warga tidak boleh melibatkan fasilitas milik pemerintah. Saat itu kami benar-benar kesulitan. Kami harus salat Jumat berpindah-pindah tempat. Untunglah akhirnya ada profesor yang mau membantu mencarikan ruangan untuk dijadikan mushalla.
Di kota lain di mana saya pernah tinggal juga, kami menyewa dua ruangan apartemen untuk dijadikan mushalla. Di situlah kami melaksanakan shalat Jumat serta pengajian. Bagian lain dari apartemen ini adalah tempat tinggal yang disewa oleh orang lain, orang Jepang. Kami harus berhati-hati agar aktivitas kami tidak mengganggu kenyamanan mereka.
Kami mengumpulkan dana untuk pembangunan mesjid. Belasan tahun diperlukan hingga akhirnya dana itu terkumpul. Baru 3 tahun yang lalu kota tempat saya tinggal itu memiliki mesjid. Untungnya pemerintah Jepang yang sekuler itu tidak menghalangi. Selama syarat-syarat mendirikan bangunan dipatuhi tidak ada masalah.
Semua kejadian yang saya alami di Jepang itu mengingatkan saya pada nasib minoritas, khususnya orang Kristen di Indonesia. Mereka sering kesulitan mendirikan gereja. Beribadah di ruko atau di rumah milik sendiri pun sering diganggu. Kami, muslim yang minoritas di Jepang, untungnya tidak mengalami hal itu. Alangkah indahnya kalau minoritas di negeri muslim juga tidak mengalami hal itu.
+++
Kembali ke cerita di kampus tempat saya kerja tadi. Di kampus ini ada mesjid yang cukup besar. Dulu dibangun oleh Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila. Lalu, di setiap fakultas didirikan mushalla yang juga tak kecil. Tapi itu pun ternyata tak cukup. Di banyak bangunan di fakultas masih saja ada ruangan yang difungsikan sebagai mushalla. Bagi mereka yang malas untuk ke mushalla fakultas, bisa shalat di mushalla kecil ini. Yang sedikit rajin berjamaah di mushalla fakultas. Yang lebih rajin, ke mesjid.
Melihat ini semua saya merasa sesak. Keterlaluan benar orang muslim ini.
Jaman Rasulullah masih hidup, di Madinah hanya ada satu mesjid. Apa umat Islam ketika itu tidak mampu membangun lebih dari satu? Rasanya tak mungkin. Orang-orang ketika itu rela menyumbangkan apa saja untuk Islam. Mesjid hanya satu dengan tujuan persatuan. Di situlah semua orang berjamaah, bersilaturrahmi. Di satu tempat.
Kota Madinah ketika itu memang kota kecil. Saya tentu tak berharap kota sebesar Jakarta hanya punya satu mesjid. Itu tak masuk akal. Tapi saya yakin kota Madinah di jaman itu lebih besar dari area kampus saya. Kalau Madinah cukup dengan satu mesjid, kenapa kampus tidak? Kenapa kampus masih perlu ditambah dengan beberapa mushalla, plus puluhan ruangan untuk pengganti mushalla?
Dalam situasi yang sudah berlebih itu, orang Islam masih ribut ketika orang Kristen hendak mendirikan satu gereja. Hanya satu gereja saja.
Adilkah kita ini? Tidakkah kita ini berlebihan? Seingat saya tidak adil dan berlebihan adalah dua sifat yang dibenci Allah.


Hwehwe..
Coba aja semua orang punya pemikiran seperti ini..
Damai sudah kita..
J

Sekadar berbagi cerita ni, di kota kecil saya di Sumatera Utara, Pematangsiantar, tidak sesusah itu membangun tempat ibadah.. bukan hanya tentang ketupat dan St. claus tapi juga tentang Angpau. Bahkan tidak jarang ditemui di lokasi yang sama terdapat berbagai tempat ibadah dan saling mendukung satu sama lain. Tidak ada bentrok-bentrok seperti yang belakangan ini HOT di televisi. Ya, mudah-mudahan saja ini tetap terjaga..
Cobalah untuk selalu berkata: Aku Mengasihimu, Saudaraku dengan tulus..
DONE! J

Cerita Ulat dan Kupu-Kupu

Kamis, 23 September 2010 tepat saat kuliah AOSTK bersama Pak Tijan diawali dengan perumpamaan yang bermakna. Setelah sapaan dan ucapan minal aidin wal faidzin (bener gak sih penulisannya? J ), Beliau mulai bertanya “Apa yang pertama kali Anda pikirkan ketika mendengar kata ulat?”. Kami pun menanggapi dengan mengerutkan kening. Apa hubungannya ulat dengan mata kuliah ini? Pertanyaan pun diulang pertanda beliau tidak salah memberikan pertanyaan dan kami tidak salah mendengar tadi.
“Kecil, pak!” jawab salah seorang mahasiswa.
“Kotor”
“Gatal”
“Rakus, Pak! Semua pasti dimakan.”
Satu persatu jawaban dari para mahasiswa terucap sambil tertawa (mulai merasa kuliah ini asik). Banyak hal yang mencirikan ulat, ia kecil, lemah, gatal, kotor, menggelikan, dan juga rakus. Sampai di situ, kami belum mengerti arah pertanyaannya.
“Lalu bagaimana dengan kupu-kupu? Apa yang kalian pikirkan tentang kupu-kupu?” pertanyaan pun berlanjut. Semua menjawab sekenanya.
“Metamorfosisi, Pak!”
“Cantik”
“Indah”
“Madu”
“Kepompong”
Sedikit terarah, kami pun mulai mengerti. Beliau menjelaskan mengapa Ia menanyakan hal ini. Begini penjelasannya (ehem,,ehem,,)

Awalnya seekor ulat begitu tidak dipandang karena ia kecil, kotor, menjijikkan untuk beberapa orang, dan yang paling terlihat adalah ulat itu hewan yang rakus. Di mana saja ia berada, ia akan memakan daun-daun sampai habis. Pekerjaannya selalu saja makan, makan, dan makan.




Kemudian ulat itu mengalami metamorfosis menjadi kepompong. Pada fase ini kita dapat mengatakan ia sedang bersemedi memikirkan perjalanan hidupnya selama menjadi ulat. Ia mulai sadar akan kerakusannya memakan daun-daun.

Setelah merenung selama menjadi kepompong, ia mengalami perubahan fase menjadi kepompong yang indah, yang cantik. Selain itu, ia tidak lagi rakus memakan semua dedaunan semaunya. Ia hanya memakan madu dari bunga-bunga untuk membantu proses penyerbukan. Ia menjadi hewan yang sangat berguna.

“Sama dengan kehidupan kita. Sangat diharapkan kita seperti kupu-kupu yang mampu bermetamorfosis menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna bagi orang lain.”



Kalau dipikir-pikir (efek kebanyakan mikir di tekim, hehehe) logis juga perumpamaan bapak dosen kali ini. Kita sebagai manusia masih membiarkan diri kita menjadi seekor ulat yang rakus. Banyak yang tidak setuju? Coba saja diingat-ingat bagaimana kehidupan kita (bukan kalian J ) berjalan selama ini. Sedikit pasti ada “jelmaan ulat” dalam diri kita, bukan?
Sekarang tinggal bagaimana kita memproses diri menjadi “jelmaan kupu-kupu” yang indah dipandang (dalam hal ini bukan make up pastinya, tapi inner beauty) dan berguna bagi orang lain. Biarkan diri kita menjadi kepompong sejenak untuk merenungkan apa yang sudah kita lakukan selama ini dan ingin jadi apa kita nantinya, tetap menjadi ulat atau menjadi kupu-kupu.

Rabu, 15 September 2010

the GREATest thing in 21

Hal besar apa yang udah kamu lakukan sampai saat ini di umurmu yang ke-21?
Umur dua puluh satu biasanya dijadikan sebagai umur istimewa selain tujuh belas. Dua puluh satu dijadikan sebagai pertanda seseorang sudah dewasa.
Biasanya saat ngumpul bersama teman-teman dan menanyakan hal ini, saya akan menjawab, ”Masih bertahan di Teknik Kimia” sembari tertawa.
Tapi, jika dipikirkan lebih lagi, apa hal besar yang sudah saya lakukan? Berbagai macam list mulai muncul. Tidak ada yang dapat saya katakan dengan pasti. Kalaupun ada, pasti saya berpikri ulang apakah ini hal terbesar yang saya lakukan sampai saat ini?
Sudah membanggakan orang tua? Saat saya diterima menjadi mahasiswa Teknik Kimia UGM, orang tua saya berkata, “Bangga kali aku, nang! Makasih ya..” tapi itu belum dapat dikatakan kebanggan yang terbesar buat orang tua saya.
Selalu saja merasa kurang dan belum puas, itu sifat dasar manusia. Itulah yang saya rasakan saat ini. Saya merasa segala hal yang saya lakukan belum merupakan hal terbesar yang mampu saya berikan.
Karenanya saya mengucao syukur kepada Tuhan Yesus! Ia memberikan orang tua yang sempurna buat saya. Mereka hal terbesar yang diberikan Tuhan kepada saya.
Karenanya saya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus! Saya diberikan kesempatan untuk berfikir apa saja yang sudah saya lakukan, saya masih diberi kesempatan untuk melakukan hal-hal yang lebih besar lagi di umur ke-21 ini.
Karenanya saya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus! Banyak hal besar yang telah Ia lakukan di hidup saya selama 21 tahun ini dan pastinya sangat sulit jika harus di list satu persatu secara rinci. Besar kuasaNya dalam hidupku.
Karenanya saya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus! Buat segala hal yang sudah Ia lakukan dan buat segala hal yang telah saya lakukan, buat segala hal yang sedang saya rencanakan dan akan saya lakukan.
Karenanya saya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus! Tanpa ada alasan yang cukup untuk bersyukur.
Semoga di tahun  ini, saya bisa menjadi orang yang lebih baik lagi, lebih positif lagi. Selalu bisa ber-positive thinking dalam segala hal. Selalu bisa mengucap syukur dalam segala keadaan. Selalu bisa bejalan dengan Iman untuk segala rencana dan selalu tersenyum dalam setiap masa.
JANMADIN MUBARAAK RUTH (UTHE, IYUTH, VANEA, RUTHIE, POOJA!)

happy birthday for me
5 September 1989 - 5 September 2010

Pandangan Akan Masa Depan

Apa yang terjadi sudah pernah terpikir tanpa kita sadari. Apapun itu! Kalau saja kita mau berpikir lebih jauh tentang akibat dari semua perbuatan kita, semua akan terlihat semakin jelas. Pemikiran sepele sering membuat kita terlena untuk bertindak sesuka hati tanpa mempertimbangkan rasional.
Ada kalanya hati lebih tepat digunakan karena menurut kebiasaan kata hati tidak pernah salah. Akan tetapi, turut campurnya rasio akan membuat keputusan yang kita ambil menjadi sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mencapai sesuatu yang sempurna atau mendekati sempurna tidak akan pernah mudah, tetapi tidak juga sulit kalau kita bisa menyeimbangkan hati dan rasio dalam melangkah.
Kita sering merasa bahwa kita sudah pernah mengalami hal yang sama (de javu). Itulah yang menjadi dasar pemikiran kalimat di atas. Pemikiran yang tidak disadari di masa lalu sering menjadi penyesalan di masa kini.
Pemikiran yang tidak disadari, misalnya:
Mimpi
Saat bermimpi, alam bawah sadar kita yang bekerja tetapi dibantu juga oleh pikiran kita. Karena itu kita sering tidak mengingat apa mimpi kita saat tidur. Tapi tidak jarang juga kita mengingat apa yang kita mimpikan. Sampai suatu saat kita merasa hal yang kita alami sudah pernah kita alami sebelumnya.
Lamunan
Lamunan ada dua tipe, saat kita sadar sepenuhnya dan setengah sadar (batas antara mimpi dan berpikir). Saat sadar sepenuhnya, yang kita lamunkan adalah harapan, ide, ataupun pertimbangan. Dan saat setengah sadar, yang kita lamunkan lebih sering terlupakan begitu saja.
Pikiran sesaat
Sebelumnya, saya sangat susah menemukan kata yang tepat untuk mengungkapkan apa yang saya maksud. Yang saya maksud adalah pikiran yang terlintas sesaat di saat kita sedang melakukan akitivitas.
Sering kali kita menganggap apa yang pernah kita lihat dan terjadi sebagai pandangan akan masa depan. Jika kita mau, kita bisa memperkirakan apa yang akan terjadi di masa depan karena yang terjadi di masa depan merupakan hasil atau akibat dari masa lalu dan masa kini. Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk membaca apa yang akan terjadi.
          Banyak orang yang mengaku bisa meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan, padahal yang ia lakuakan hanya berpikir lebih teliti dan lebih jauh akan apa yang terjadi sekarang yang akan berdampak pada masa depan. Akan tetapi, ada juga orang yang memang benar-benar dianugerahi kelebihan oleh Tuhan untuk bisa melihat apa yang terjadi di masa depan lewat pikirannya maupun media lain. Dua hal yang berbeda ini perlu dipertimbangkan saat seseorang merasa mampu membaca apa yang akan terjadi.
          Jadi, apa yang kita anggap sepele besar kemungkinan menjadi bagian terpenting dari hidup kita

Bumi Berputar dan Kita Diam Saja


Pertanyaan itu dapat kita refleksikan dengan kehidupan kita sehari-hari. Jika kita membuat daftar hal-hal apa saja yang sudah kita lakukan hari ini lalu membandingkannya dengan resolusi yang sudah kita rencanakan sebelumnya, apakah hal itu akan membuat kita tersenyum atau mengernyitkan dahi?
            Sederhana memang, tapi itu merupakan hal yang essensial jika kita ingin maju menyejajarkan langkah kita dengan sekitar kita.
Sewajarnya sebagai seorang manusia berakal kita membuat perencanaan sebelum melangkah lebih jauh lagi. Selebihnya hanya tentang bagaimana kita menjalaninya, sekadar perencanaan dan berjalan seperti biasa atau berlari mengejar langkah di depan kita.
Bumi sebagai benda statis saja tetap melakukan pergerakan. Bumi tetap berputar pada porosnya. Amri coba bandingkan dengan diri kita yang dinamis tetapi statis dalam hidup. Jika ingin berpikir polos, kita akan menemukan bahwa hidup kita sudah berjalan sebagaimana seharusnya. Bernafas, makan, tidur, bermain, belajar, berpetualang, dan lainnya. Itu adalah bagian statis dalam hidup kita karena setiap manusia pasti melakukannya. Lalu di bagian manakah kita dapat dikatakan dinamis jika hal seperti tertera tadi dikatakan statis?
Pergerakan dinamis yang dimaksud adalah bagaimana kita bergerak maju, setidaknya sejajar dengan sekitar kita, agar apa yang kita terima sebagai bakat dan kemampuan kita tidak tersimpan begitu saja.
Kita diajak untuk mampu berpikir selangkah ke depan dan mencapai resolusi yang telah kita targetkan sebelumnya. Bukan berarti ilmu tidak penting, pengalaman dan keadaan sekitar dapat kita jadikan batu loncatan untuk bergerak dinamis dalam hidup.
Bertindaklah seperti bumi yang walaupun benda statis, tetap melakukan pergerakan. Dan dengan posisi kita sebagai makhluk dinamis, kita diberi kemampuan untuk mencapai resolusi kita dengan cara yang tepat.
Dengan begitu, ketika kita membuat daftar hal-hal apa saja yang sudah kita lakukan hari ini lalu membandingkannya dengan resolusi yang sudah kita rencanakan sebelumnya, kita bisa dengan yakin memastikan senyuman akan terukir disertai kepuasan atas apa yang kita capai.

DEMOKRASI ATAU ANARKIS (?)

Isu terhangat yang melanda Indonesia sekarang ini bukan lagi hanya dari kalangan artis melainkan dunia politik dan kepemerintahan. Isu ini juga mendapatkan respon ‘antusias’ dari masyarakat yang ingin ikut beraspirasi. Pemerintah dinilai kurang serius dan gesit menangani pergolakan politik yang terjadi.
Respon paling nyata dapat dilihat dari aksi mahasiswa yang turun ke jalan. Mereka merasa aspirasi yang disampaikan melalui wakil rakyat hanya akan berhenti di meja mereka saja. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk menyampaikan langsung aspirasi mereka dengan melakukan demonstrasi di depan berbagai kantor pemerintahan, terutama kantor DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah).
Demokrasi membebaskan setiap warga untuk menyampaikan pemikiran dan aspirasinya. Karena Indonesia merupakan negara demokrasi, mahasiswa membuktikannya dengan turun langsung ke jalan. Aspirasi mereka disampaikan dengan berteriak, bernyanyi, teatrical, dan disertai spanduk serta tulisan-tulisan ungkapan kekesalan mereka terhadap perilaku pemerintah.
Demokrasi mulai tergeser dengan tindak anarkis. Mahasiswa tidak lagi menyampaikan aspirasi mereka melainkan mengadu emosi terhadap sekitar, baik itu polisi, masyarakat, ataupun mahasiswa yang ikut serta melakukan demonstrasi. Perusakan dan bakar-bakaran menjadi identik dengan aksi demo yang tak jarang menimbulkan korban.
Dari satu pihak, cara ini dianggap cocok untuk mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap pemerintahan. Mereka merasa aspirasi mereka tidak akan didengar jika hanya disampaikan melalui wakil rakyat ataupun demonstrasi biasa, dengan bersikap seperti ini pemerintah akan lebih serius menanggapi aspirasi mereka.
Dari pihak lain, tindakan ini dinilai sangat tidak berpendidikan karena seorang mahasiswa terlatih untuk berpikir sebagai orang yang berpendidikan bukan anarkis. Mungkin peribahasa banyak jalan menuju Roma bisa dijadikan sebagai alternatif oleh mahasiswa untuk menyampaikan aspirasinya.
Demonstrasi merupakan perwujudan demokrasi atau tindak anarkis, definisi ini mulai menyimpang dengan sendirinya. Demonstrasi seharusnya dijadikan sebagai cara menyampaikan aspirasi yang disertai solusi tanpa menimbulkan masalah baru. Ada baiknya sebelum melakukan aksi demonstrasi turun ke jalan, kita berpikir apa dasarnya dilakukan demonstrasi dan apa solusi yang dapat diberikan sebagai jalan keluar. Dengan begitu, demonstrasi akan menjadi jalan yang tepat untuk menyampaikan aspirasi jika tidak memungkinkan untuk disampaikan melalui wakil rakyat.

Mahasiswa adalah kritikus ujung tombak dari jalannya suatu pemerintahan. Ini terbukti dari peristiwa tahun 1998. Mahasiswa berhasil menggulingkan kerajaan Soeharto pada masa itu. Akan tetapi, kita patut membandingkan masalah sekarang ini dengan peristiwa saat itu. Apakah tindakan penggulingan saat itu tepat jika digunakan untuk masalah saat ini?
Dewasa ini, kita diajak untuk dapat berpikir jernih tanpa terprovokasi oleh pihak manapun. Ini akan membuktikan kesatuan kita sebagai suatu bangsa Indonesia.

Surat yang Tak Tersampaikan

Dear Pahlawan Wanitaku yang Paling Cantik,                 Aku bersenandung bersama isak pagi ini                 Terulang memori...