Kamis, 15 November 2012

Satu Tahun Setelah Kau Pergi

6 November 2012

Sudah disepakati hari itu aku, Nifa, Bimo, Dian, dan Nanda akan menghabiskan hari di Solo. Kereta Sri Wedari 08.36 jadi pilihan kendaraan ke Solo. Dimulai dengan Waterpark Pandawa. Entah kenapa aku merasa hiperaktif selama di Pandawa. Semua wahana aku mainkan, padahal malam sebelumnya aku tidak tidur sama sekali. Pikiranku penuh dengan Elisa dan didominasi rasa bersalah. Susah rasanya untuk menangis, atau mungkin aku merasa tidak tepat untuk menangis. aku berharap air bisa menenangkan pikiranku tapi hanya sesaat.

Dari Pandawa, kami memutuskan untuk berkeliling kota Solo menggunakan mobil adiknya Bimo. Setelah berburu Serabi, kami mamlir ke alun-alun untuk bersantai. Di alun-alun itulah aku melepas semuanya. Entah bagaimana memulainya, aku sudah menangis dalam keadaan tidak sadar dipelukan Nifa. Aku tidak tahu apa yang aku ucapkan, aku hanya tahu aku menangis karena terbangun dengan mata basah dan merasa lelah. Dan disitulah aku mendapatkan 'tato sulam' di tangan kiriku.

Elisa Hotmaria Manurung


Siapa itu Elisa? silahkan klik link di bawah ini :


Sudah satu tahun tepat kau pergi, toeng. Where are you? do you miss me? Tidak ada yang bisa aku lakukan selain berdoa. tepat saat 6 November 2012 datang, aku mulai bercerita pada Tuhan. aku tidak tahu apa yang aku bicarakan dengan-Nya. Aku hanya ingin berbicara tapi tidak tahu dengan siapa dan hanya Dia yang selalu ada. Satu momen aku seolah berbicara denganmu tapi tidak ada jawaban. Aku menunggu kau memarahiku atau tersenyum atau memelukku tapi ternyata tidak. aku hanya merasakan dingin.

Aku sempat berpikir untuk ikut denganmu, tapi kau pasti akan lebih marah lagi kalau aku melakukannya, mengingat Inong masih sangat membutuhkanku. Perasaan bersalah itu semakin memuncak. Salahku memang malam itu justru mendengarkan lagu Your Guardian Angel, Dear God, dan Tak Ada Yang Abadi. Rasanya ketiga lagu itu mewakili apa yang aku rasakan untukmu, Toeng.

Aku ingin berbicara dengan Nanguda, mamamu. Tapi aku tidak punya keberanian untuk mendengarnya menangis karena aku justru sedang menangis di sini. Apa kau melihatnya, Toeng? Apa yang kau rasakan sekarang? Semua tugasmu di sini sudah selesai. Apa kau bahagia di sana? Seperti apa rasanya di sana? Bisakah kau bercerita padaku?

Tepat setahun kau pergi, aku tidak bisa menjengukmu di sana. Tapi aku janji untuk menjengukmu sebelum natal nanti bersama adikmu, Darly. 

Kau tahu betul apa yang aku rasakan, Toeng. Perasaan bersalah. Aku minta maaf, benar-benar minta maaf. Terima kasih sudah menjadi adik, sahabat, teman yang tulus tanpa menuntut. Terima kasih sudah mengajarkan aku tentang berjuang. Terima kasih sudah menemaniku selama 21 tahun. Terima kasih untuk setiap tawa dan penghiburan darimu.

Peluk hangat Elisa untukku, Tuhan....

PS:
Klik link di bawah ini untuk tahu cerita lengkap tentang Elisa, Loetoengku..



Ruth Hutapea
15 November 2012 

Surat yang Tak Tersampaikan

Dear Pahlawan Wanitaku yang Paling Cantik,                 Aku bersenandung bersama isak pagi ini                 Terulang memori...