Rabu, 12 September 2012

Antara Ego dan Rasa Sayang


Rasanya tidak perlu lagi membahas arti kata dalam judul artikel ini secara harafiah, berhubung bukan pelajaran Bahasa Indonesia, karena pasti panjang penjelasannya. –sebenarya sih ngeles karena lagi malas membahas tata bahasa- #upstsowri hehehehehe

Hidup ini pilihan, kalau kata orang-orang. Yaiyalah, pilihan itu kita sendiri yang membuatnya karena kita dianugerahi akal dan pikiran oleh Tuhan. Ada hukum sebab-akibat yang memunculkan pilihan langkah selanjutnya yang harus kita jalani. (agak-agak berat bahasanya di sini, gak usah terlalu ditanggepin yee).

Judul ini berkaitan dengan pengorbanan, baik itu mengorbankan ataupun dikorbankan. Ketika kita dihadapkan pada suatu keadaan yang mengharuskan kita memilih, kegalauan pun datang. Kita mempertimbangkan untuk tidak menyesal nanti dalam mengambil keputusan. Padahal keputusan apapun yang kita ambil, pasti akan memunculkan penyesalan. Hanya kadarnya saja yang berbeda.

Apa kalian pernah menghadapi pilihan antara mempertahankan ego dan pertimbangan rasa sayang kita. Sebelumnya, tidak selamanya kata ‘ego’ itu berarti buruk loh. Kita juga tidak boleh selalu mengutamakan kepentingan orang lain dibanding diri sendiri. Ada lagi kata orang-orang, cobalah mencintai diri sendiri. (makin bingung? Coba buka kamus atau Tanya Om Google). Tapi berhubung disandingkan dengan rasa sayang, kata ego cenderung berarti negative.

Ada bermacam situasi. Contohnya, antara ego untuk bermain di luar rumah bersama teman-teman dan mengobrol bersama keluarga di rumah saat kita kecil. Antara ego untuk menghabiskan waktu selalu hanya dengan pacar dan berbagi dengan sahabat, atau sebaliknya. Antara ego menghabiskan kue pemberian tetangga sendirian dibanding berbagi dan adik. Antara ego memilih kuliah jauh dari orang tua dan kuliah di dekat orang tua saat keadaan tidak mendukung. Antara LDR (Long Distance Relationship) atau SDR (Short Distance Relationship) saat akan kuliah. Atau antara ego berkarir dan mendampingi orang tua yang sedang sakit.

See, ego itu terlihat negative bukan???

Apa yang akan kamu lakukan ketika dihadapkan dengan situasi seperti itu? Memilih mempertahankan ego demi kepentingan diri sendiri atau membiarkan diri tenggelam di dalam rasa sayang. Secara rasional pilihan itu tergantung pada diri sendiri. Pengorbanan yang dilakukan harus sesuai. Ada pertimbangan kelayakan dan kewajaran dalam memilihnya. Haruskah mengorbankan masa depan demi cinta monyet? Haruskan mengorbankan masa depan demi orang tua? Pikirkan lagi sodara-sodara! (ala khotbah #eh)

Ijikan akal ambil bagian dalam mengambil keputusan selain menggunakan hati. Jika hanya mengandalkan hati, kegamangan saat menjalankan keputusan akan terasa dan cenderung diungkit-ungkit. Pertimbangan matang melibatkan hati dan pikiran maka seimbangkanlah.

Sebagai contoh, saat kamu dihadapkan pada situasi harus memilih berjuang mengejar karir atau menundanya untuk mendampingi orang yang kamu sayangi yang memang membutuhkan, apa yang kamu lakukan? Karir masih bisa dikejar nanti, dan dengan pasti kesempatan itu akan selalu datang. Bagaimana dengan mendampingi orang yang kamu sayang? Apakah nanti kesempatan itu masih bisa datang lagi? Pilihan mana yang menawarkan penyesalan dengan kadar paling sedikit? Pilihan ada di tangan Anda. (ala kuis-kuis di TV)

Saya pernah baca quote dari seorang teman di twitternya Mutia

“Ketika kamu dihadapkan harus memilih keluarga atau pekerjaan, satu hal yang harus diketahui, menyesal karena mengabaikan keluarga itu pasti lebih gak enak.”

Berhati-hati dan telitilah dalam menentukan pilihan hidup. Berdoalah untuk memperoleh jawaban yang meyakinkan diri.

Surat yang Tak Tersampaikan

Dear Pahlawan Wanitaku yang Paling Cantik,                 Aku bersenandung bersama isak pagi ini                 Terulang memori...