Maaf – termasuk dalam tiga kalimat ajaib dalam artikel jauh tahun-tahun lalu, silahkan scroll kalau berminat. Kata ajaib itu ditilik dari sudut pandang si peminta maaf. Lalu bagaimana dengan yang dimintai maaf?
“Eh,
maaf ya saya gak sengaja.”
“Oh, iya. Gapapa kok.”
Lalu bagaimana dengan kesakitan yang
mengakibatkan kepahitan, bahkan dari orang terdekat sekalipun?
“Tuhan saja memaafkan, apalah kita
ini sebagai manusia?”
Sebenarnya
hati manusia itu lemah. Ketika ada yang meminta maaf dengan tulus,
dengan senyuman dia akan memaafkan. Tapi, ketika hati tersakiti, pesan akan
dikirimkan ke otak untuk mengingat rasa sakit tersebut. Hati mungkin memaafkan,
tapi otak tidak akan melupakan. Begitulah cara kerjanya.
“Saya memaafkan tapi tidak melupakan”
Jadi,
ketika terjadi situasi meminta maaf – memaafkan, mana yang harus lebih
disoroti?
“Meminta maaf itu tidak mudah, harus menurunkan
gengsi.”
Begitulah
kata para tetua di luar sana.
Jika masih melibatkan gengsi,
walaupun orang tersebut mengaku salah, permintaan maaf itu tidak tulus. Kemungkinan
untuk terulang lagi? Sangat besar. Saran saya, tidak usah meminta maaf. Sebaiknya
segera ambil langkah seribu dari orang yang telah Anda sakiti. Dengan tidak
melihat wajah Anda lagi, itu akan membantu mengurangi kepahitan orang tersebut,
walaupun sedikit.
“Maafkanlah. Kamu
pun pasti pernah berbuat salah ke orang lain”
Lagi,
begitulah kata para tetua di luar sana.
Logikanya,
jika kita sudah tahu rasa sakitnya seperti apa, apakah kita akan melakukan hal
yang sama kepada orang lain? Logika akan menjawab: TIDAK. Lalu bagaimana dengan hati? Dalamnya hati siapa yang tahu,
bukan?
Lalu
bagaimana dengan yang tidak meminta maaf sama sekali? Jika kesakitan yang
diberikan membuahkan kepahitan, buang jauh dia dari kehidupan Anda. Anda berhak
untuk bahagia.
Dalam
tulisan kali ini, saya banyak memakai kata jika dan jadi. Ini menunjukkan bahwa
meminta maaf dan memaafkan adalah aksi timbal-balik, dimana aksi akan
mendapatkan reaksi. Ah! Saya jadi merindukan pelajaran fisika saat SMA. Apa
kabar guru-guru saya dulu?
Berfikirlah
sebelum bertindak.
Jika tidak ingin disakiti, jangan
menyakiti.
Jika tidak ingin meminta maaf, jangan
menyakiti.
Jika tidak ingin diabaikan, jangan
menyakiti.
Jika tidak ingin terbuang, jangan
menyakiti.
Selalu mulai dari diri sendiri, jangan selalu melihat ke
arah orang lain. Lebih mudah mengontrol diri sendiri dari pada mengontrol apa
yang orang lain pikirkan dan rasakan.
“Kurang-kurangin
drama dalam hidupmu!”
11 Agustus 2017,
Ruth Hutapea
Aku kangennnnnnn bagus banget kata-katanya.. ngenaaaaaa 😊
BalasHapusHai, Nelly!
HapusLong time no see, ya :)
Thank you udah sempat mampir..
Be Real???
BalasHapussetuju.. selalu memikirkan ttg hal ini si.
BalasHapusOtak yang mengingatkan rasa sakit yang pernah ada.
Mungkin otak perlu dipenuhi dengan rasa bahagia, biar rasa sakitnya terkubur sedikit demi sedikit 😉
Hapus