Senin, 04 Oktober 2010

Cinta Sejati itu gimana, sih?


 

Cerita ini terinspirasi dari beberapa obrolan satu minggu terakhir bersama teman-teman dan juga Inang Pendeta HKBP.
Skenario pertama:
A : “Mengapa kamu mencintai dia?”
B: “Dia pria yang tampan dan selalu memberikan apa yang saya minta.”
Skenario kedua:
A: “Apa yang membuatmu mencintainya, teman?”
B: “Karena ia memang pantas untuk dicintai. Dia wanita yang baik dan lemah lembut.”
Skenario ketiga:
A: “Apa yang kamu lihat dari dirinya? Sepertinya kamu sangat mencintainya.”
B: “Entahlah! Saya tidak tahu mengapa Saya mencintanya. Pokoknya saya cinta, Titik!”
Inilah beberapa contoh cinta yang digambarkan oleh Kahlil Gibran dalam bukunya Risalah Cinta. Skenario pertama adalah cinta anak TK. Anak kecil akan memberi hati kepada orang yang rajin memberinya sesuatu, apalagi sesuatu itu adalah barang yang dia sukai. Jika idak lagi menerima sesuatu itu darinya, rasa sayangnya pun hilang entah kemana.
Skenario yang kedua, lebih tinggi tingkatannya. Mencintai karena kelebihan yang dimiliki pasangannya. Jika kelebihannya itu hilang, hilang jugalah cintanya.
Untuk skenario ketiga, orang lebih sering menggambarkannya dengan cinta buta. Sebenarnya keliru, bukan cinta buta tetapi cinta abadi yang takkan goyah oleh apapun. Dicari-cari tetapi tetap saja tidak ditemukan karena ada begitu banyak alasan untuk mencintai pasangannya sehingga ia tidak mampu menemukan jawabannya. Itulah cinta puncak, cinta sejati yang mencintai dengan apa adanya.
Dari khotbah minggu kemarin, inang pendeta banyak menceritakan kisah cinta yang tulus dan menerima apa adanya. Walaupun sang istri memasak nasi yang terlalu lembek, lauk yang gosong, tetap saja ia memakannya dengan senyum. Kok bisa? Pria itu mencintai istrinya bukan karena istrinya pintar memasak, tetapi karena ia mencintai istrinya apa adanya.
Seorang pria tampan dengan bangga memperkenalkan istrinya, yang secara fisik sangat jauh jika dibandingkan dengannya, kepada rekanan seprofesinya di suatu acara. Tidak ada tampak beban atau rasa setengah hati, karena ia mencintai istrinya bukan karena fisik tetapi karena beribu bahkan berjuta alasan lain yang tak bisa ia sebutkan. Mencintai dengan apa adanya.
Ada seorang wanita yang mau melakukan apa saja yang diminta suaminya. Untuk membahagiakan istrinya dan karena istri harus tunduk kepada suami, ia pun melakukannya walaupun harus menyakiti sahabatnya (bukan sahabat yang baik, ckckckckck). Seorang istri memang harus tunduk kepada suami seperti kepada Tuhan. Itu artinya sang istri haru stunduk kepada suami, dan suami juga harus memiliki pribadi yang takut akan Tuhan. Itu baru tepat! Sang suami juga haru menyanyangi istrinya seperti dirinya sendiri.
Dasar suatu hubungan, apapun itu jenis hubungannya, adalah kasih. Kasih tidak mengenal cantik atau jelek, kaya atau miskin, baik atau buruk, dermawan atau tidak, pintar atau bodoh, atau apapun istilah lain yang menggambarkan suatu perbedaan. Bahkan kita disuruh untuk mengasihi musuh kita.  Jangan jadikan hal-hal tersebut menjadi dasar suatu hubungan, menjadi alasan untuk mencintai, tetapi jadikanlah kasih menjadi dasar dari hubungan kalian.
Do you know?
Cinta bisa dikategorikan menjadi 4 jenis, yaitu : (berasa ujian ni)
Cinta tanpa nasfsu, itulah cinta malaikat
Nafsu tanpa cinta, itulah cinta binatang
Cinta karena kebiasaan, itulah nafsu
Cinta abadi, itulah cinta yang didambakan setiap insan
Berada dalam jenis cinta yang manakah kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat yang Tak Tersampaikan

Dear Pahlawan Wanitaku yang Paling Cantik,                 Aku bersenandung bersama isak pagi ini                 Terulang memori...