Rabu, 25 Januari 2012

LOETONG Part 3 – Kenangan Bersamanya -


Ada banyak kenangan yang sudah aku lewati bersama dia yang tidak bisa aku ingat secara rinci, my bad! -__-“ 

Sejak kecil kami selalu mengambil bagian dalam acara natal kampung (acara natal di Jl. Pisang, komplek  perumahan kami, itu juga kalau bisa dikatakan kompleks). Biasanya kami mengambil bagian di acara tarian. Hampir setiap tahun baju natal yang kami gunakan selalu sama, begitu juga dengan adiknya, Darly. Gaun merah, sepatu berlampu, dan kaos kaki berenda yang memangg sedang ternd saat itu juga sempat menjadi seragam kami bertiga. 

Setiap liburan sekolah, kami selalu bersama-sama bermain di rumahnya atau rumahku. Terkadang kami bergabung dengan anak lainnya untuk bermailn ‘alip jongkok’, ‘alip cendong’ atau petak umpet, pecah piring, dan lompat tali. Setelah bermain kami akan mandi bersama dan makan malam bersama. Itu kenangan indah saat aku dan dia masih kecil. Hal itu berlanjut sampai aku pindah rumah, kelas tiga SD ke Cantik Manis Marihat.

Walaupun aku pindah, kami tetap bermain bersama. Karena satu-dua hal, aku terpaksa tidak bisa terang-terangan bermain ke rumahnya. Jadi kebersamaan kami lebih sering terlihat di sekolah. Seiring berjalannya waktu, kami sudah semakin bebas untuk bermain ke mana saja. Hari ini, aku bisa menghabiskan liburku menemani dia berjualan di pasar bersama adiknya juga. Bahkan kami pernah dua keluarga berlibur bersama. Jenis hubungan apa yang terjadi antar kedua keluarga ini? Indah bukan?

Kalau sedang ingin melakukan perjalanan, jarang sekali kami membeli makanan. Selalu membawa makanan sendiri. Keluarganya dan keluargaku masing-masing membawa makanan yang dimasak sendiri yang pada akhirnya selalu dibagi untuk dimakan bersama-sama. Untuk makanan kecil, Nanguda (mamanya elisa) selalu membuat donat yang menjadi andalannya,  dan elisa tak ketinggalan ikut membuat godok-godok (makanann yang terbuat dari adonan tepung dan pisang) yang sealu jadi andalannya. Bisa ditebak sebenarnya masakan apa yang akan mereka bawa. Menu teri kacang sambal akan selalu ada.hehehe

Memang sudah dasarnya iseng dan sedikit preman (maklum, kebanyakan menghabiskan waktu di pasar), aku dan elisa tidak pernah segan untuk mengerjai anak-anak di belakang rumah. Entah karena keterlaluan, kami sempat ketakutan kalau-kalau ibu dari anak itu datang ke rumah kami membawa golok karena sudah membuat anaknya menangis. Jangan ditanya siapa nama anak itu, ingatanku jangka pendek kalau soal nama. #ups

Zaman SMP-SMA saat hari sabtu, aku sering menginap di rumahnya sambil mengunjungi opungku yang rumahnya tepat di sebelah rumahnya. Walaupun dengan bertambahnya aku menginap di sana kamarnya akan semakin sempit, aku selalu mendapatkan tempat yang nyaman untuk tidur bersam Elisa dan Darly.

Pagi harinya, dia akan bangun pagi-pagi untuk membeli sarapan untukku dan adik-adiknya. Bubur ataupun mie goring, ya lagi-lagi makanan kesukaannya yang otomatis jadi makanan kesukaan kami juga karena terbiasa.

Berbicara soal keisengan, teman baikku di SMP juga pernah menjadi korban keusilan kami via telepon yang akhirnya terbongkar. Memang dasar berhati baik, kami tidak ahli soal ini hahaha.

Dia akan selalu ada untukku, apalagi di saat-saat aku menghadapi fase berat dalam keluargaku. Saat itu dia akan bertindak sebagai sahabat yang akan selalu ada saat aku butuh.

Perpisahan pun terjadi saat aku harus melanjutkan kuliah di Jogja. Hari-hari sebelum aku berangkat, dia bersikap biasa saja. Sampai saat itu tiba, aku harus berangkat pagi hari ke Bandara Polonia. Dia tidak ikut melepasku. Dia hanya menitipkan sebuah bineka kecil dan sebuah surat. Aku lupa isi detail suratnya. Yang aku ingat, dia tidak mau ikut mengantarku karena dia bilang dia tidak kuat. Jadi biar boneka itu saja yang menemani aku. She is so sweet, hah? Hehehe di sini dia bertindak sebagai seorang adik yang tidak bisa ditinggal kakaknya.

Setahunn setelah kuliah, aku kembali untuk berlibur di kampung halaman. Saat itu dia sedang mengikuti test STPN di Pekan Baru. Dua hari setelah aku tiba di Siantar, dia pun pulang. Begitu sampai rumah, dia langsung ke rumahku tanpa menyimpan barang ke rumahnya. Setelah makan siang, kami mengobrol banyak sambil menonton TV di kamar dan dia pun tertidur dengan polosnya karena kecapean menempung perjalanan darat selama 12 jam.

FYI, kamarku adalah kamar orang tuaku. Setiap aku pulang kampung, kami terbiasa tidur satu kamar. Begitu juga dengan saat itu. Karena melihat elisa yang tidur dengan sangat lelap di depan lemari pakaian, Among tidak jadi mengambil baju di lemari dan memakai kaos yang tergantung di balik pintu. Hehehe
Menjelang malam, saat si Inong pulang dari kantor, baru elisa bangun dan pulang ke rumahnya. Malam itu aku, elisa, inong, dan nanguda ngobrol banyak di teras rumahku yang kemudian disusul si among.
Pagi harinya dia tetap datang ke rumah dengan membawa bungkusan mie goring untuk sarapan bersama. She is so kind..

25 Januari 2012
Ruth Hutapea

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat yang Tak Tersampaikan

Dear Pahlawan Wanitaku yang Paling Cantik,                 Aku bersenandung bersama isak pagi ini                 Terulang memori...