Rabu, 15 September 2010

DEMOKRASI ATAU ANARKIS (?)

Isu terhangat yang melanda Indonesia sekarang ini bukan lagi hanya dari kalangan artis melainkan dunia politik dan kepemerintahan. Isu ini juga mendapatkan respon ‘antusias’ dari masyarakat yang ingin ikut beraspirasi. Pemerintah dinilai kurang serius dan gesit menangani pergolakan politik yang terjadi.
Respon paling nyata dapat dilihat dari aksi mahasiswa yang turun ke jalan. Mereka merasa aspirasi yang disampaikan melalui wakil rakyat hanya akan berhenti di meja mereka saja. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk menyampaikan langsung aspirasi mereka dengan melakukan demonstrasi di depan berbagai kantor pemerintahan, terutama kantor DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah).
Demokrasi membebaskan setiap warga untuk menyampaikan pemikiran dan aspirasinya. Karena Indonesia merupakan negara demokrasi, mahasiswa membuktikannya dengan turun langsung ke jalan. Aspirasi mereka disampaikan dengan berteriak, bernyanyi, teatrical, dan disertai spanduk serta tulisan-tulisan ungkapan kekesalan mereka terhadap perilaku pemerintah.
Demokrasi mulai tergeser dengan tindak anarkis. Mahasiswa tidak lagi menyampaikan aspirasi mereka melainkan mengadu emosi terhadap sekitar, baik itu polisi, masyarakat, ataupun mahasiswa yang ikut serta melakukan demonstrasi. Perusakan dan bakar-bakaran menjadi identik dengan aksi demo yang tak jarang menimbulkan korban.
Dari satu pihak, cara ini dianggap cocok untuk mengungkapkan kekecewaan mereka terhadap pemerintahan. Mereka merasa aspirasi mereka tidak akan didengar jika hanya disampaikan melalui wakil rakyat ataupun demonstrasi biasa, dengan bersikap seperti ini pemerintah akan lebih serius menanggapi aspirasi mereka.
Dari pihak lain, tindakan ini dinilai sangat tidak berpendidikan karena seorang mahasiswa terlatih untuk berpikir sebagai orang yang berpendidikan bukan anarkis. Mungkin peribahasa banyak jalan menuju Roma bisa dijadikan sebagai alternatif oleh mahasiswa untuk menyampaikan aspirasinya.
Demonstrasi merupakan perwujudan demokrasi atau tindak anarkis, definisi ini mulai menyimpang dengan sendirinya. Demonstrasi seharusnya dijadikan sebagai cara menyampaikan aspirasi yang disertai solusi tanpa menimbulkan masalah baru. Ada baiknya sebelum melakukan aksi demonstrasi turun ke jalan, kita berpikir apa dasarnya dilakukan demonstrasi dan apa solusi yang dapat diberikan sebagai jalan keluar. Dengan begitu, demonstrasi akan menjadi jalan yang tepat untuk menyampaikan aspirasi jika tidak memungkinkan untuk disampaikan melalui wakil rakyat.

Mahasiswa adalah kritikus ujung tombak dari jalannya suatu pemerintahan. Ini terbukti dari peristiwa tahun 1998. Mahasiswa berhasil menggulingkan kerajaan Soeharto pada masa itu. Akan tetapi, kita patut membandingkan masalah sekarang ini dengan peristiwa saat itu. Apakah tindakan penggulingan saat itu tepat jika digunakan untuk masalah saat ini?
Dewasa ini, kita diajak untuk dapat berpikir jernih tanpa terprovokasi oleh pihak manapun. Ini akan membuktikan kesatuan kita sebagai suatu bangsa Indonesia.

1 komentar:

Surat yang Tak Tersampaikan

Dear Pahlawan Wanitaku yang Paling Cantik,                 Aku bersenandung bersama isak pagi ini                 Terulang memori...